Rabu, 22 Mei 2013

Peran TIK dalam meningkatkan profesionalisme guru



PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

Paper ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Statistik Pendidikan dan Komputer






 Dosen : Prof. Dr. Budi Murtiyasa


Disusun oleh:


MARNI

NIM Q100120098





PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013


PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU


I. Pendahuluan
Pengembangan Profesionalisme guru memerlukan suatu penguasaan terhadap tehnologi Informasi dan Komunikasi untuk menunjang kelancaran dalam penyampaian pembelajaran disekolah. Paper ini ditujukan untuk menstimulasi pemikiran tentang cara memanfaatkan tekonologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan untuk mendukung upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, yang menekankan pengembangan kecerdasan komprehensif peserta didik—kecerdasan kinestetik, emosional, spiritual, intelektual sehingga pendidikan dapat menjalankan fungsi untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa seperti telah diamanatkan dalam Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Serta sebagai peningkatan keprofesionalan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya agar lancar efektif dan efisien.
Disamping itu permasalahan yang ditimbulkan oleh kemajuan Tehnologi  informasi dan Komunikasi adalah faktor gurunya yang belum begitu menguasai dan mengimplementasikan kedalam pelaksanaan pembelajaran. Guru merupakan motor penggerak didalam pelaksanaan pembelajaran disekolah sedangkan TIK dapat membantu semua tugas guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar didalam kelas maupun diluar kelas. Olehkarena itu penguasaan Tehnologi Informasi dan Komunikasi dalam dunia pendidikan sangat diperlukan sekali sehingga guru bisa mengoperasionalkan dan menguasai TIK sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru.
Didalam pemanfaatan TIK tidak mengganggu pembentukan karakter peserta didik, melainkan justru mendukungnya. Mengapa? Karena tidak ada gunanya mendidik anak menjadi sangat pintar tetapi karakternya buruk dan/atau lemah sehingga justru dengan kepinterannya tersebut kelak mereka akan membuat kerusakan atau menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri, bagi masyarakat, maupun bagi bangsa. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK dalam pendidikan perlu dirancang, direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai dalam rangka mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya seperti diuraikan di atas. Merancang Pemanfaatan TIK untuk Mendukung Pelaksanaan Fungsi dan Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional serta sebagai peningkatan keprofesionalan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya agar lancar efektif dan efisien.
II. Rumusan masalah
Bagaimana peran tik dalam meningkatkan Profesionalisme guru
III. Pembahasan Masalah
A. Teknologi Komunikasi dan Peradaban Manusia
Teknologi komunikasi atau disebut sebagai teknologi kultural (McGaghey, http://worldhistorysite.com) telah berkembang dan mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, dimulai dengan teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi sebagai pengembangan guru: Ketika dikenalkan pertama kali ke masyarakat, teknologi baru dengan kapabilitas komunikasi yang jauh lebih tinggi dan sangat berbeda akan mengubah budaya secara besar-besaran dan benar-benar menandai. Dari masa ke masa, perkembangan teknologi komunikasi makin cepat dan makin produktif, yang dapat dilihat dalam ringkasan yang disarikan dari tulisan McGaghey (http://worldhistorysite.com) seperti disajikan di bawah, dengan disertai ulasan tentang butir-butir yang dapat menjadi pelajaran bagi kita. Pengelompokan perkembangan teknologi komunikasi menjadi lima gelombang mengacu pada model McGaghey seperti disajikan di bawah, dengan catatan bahwa ketika gelombang teknologi baru muncul tidak berarti teknologi sebelumnya berhenti berkembang.
1. Teknologi Tulisan Ideografik atau Silabik Gelombang teknologi komunikasi tertua, dimulai dengan penemuan tulisan dari inskripsi komersial Ketika dikembangkan tulisan Jepang berdasarkan model Korea dan Cina. Tulisan ideografik atau silabik ini menggunakan simbol tertulis untuk mengungkapkan seluruh kata – satu kata, satu simbol—terlepas dari isi bunyi. Jika kosakata lisan mengandung 10.000 kata, maka 10.000 simbol harus dipelajari untuk bahasa tulis. Tuntutan belajar yang begitu berat membuat pengetahuan tentang tulisan hanya dikuasai oleh kelompok orang yang sangat terlatih, seperti juru catat di candi-candi.
 Sistem satu simbol untuk satu kata dalam tulisan ideografik sebagai teknologi komunikasi menunjukkan kelugasan dan kekonkretan; masuk akal jika teknologi ini meningkatkan ketajaman persepsi terdekat. Masyarakat yang teknologi komunikasinya tidak pernah melebihi tahap tulisan ideografik cenderung menjadi pencatat profesional, yang diperlukan untuk mengadadikan pengetahuan, bukan untuk bercakap-cakap atau menghibur. Kedisiplinan mencatat ini sangat membantu pengaturan pekerjaan umum pada masa tulisan ideografik menjadi teknologi komunikasi utama. Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa pencatatan cermat, tepat, tanpa makna ganda diperlukan untuk keperluan koordinasi. Praktik menghafal simbol-simbol yang tak terhitung jumlahnya meningkatkan kemampuan memori untuk menyimpan informasi dan kecepatan memanggilnya kembali saat diperlukan. Pelaku budaya ini cenderung kuat memorinya dan tidak menjadi pelupa. Namun demikian, karena harus taat menyimpan simbol-simbol apa adanya dan dalam jumlah yang cukup besar, sangatlah terbatas kesempatan dan kemampuan untuk bergerak bagi pikiran mereka, yang berarti kurang berkembang kreativitasnya. Dengan demikian, teknologi ini tidak mampu mendorong berkembangnya ilmu yang memerlukan kemampuan analisis dan sintesis. Keterbatasan ini teratasi dalam perkembangan teknologi berikutnya.
2. Teknologi Tulisan Alfabetik
Teknologi tulisan alfabetik dimulai dengan kemunculan tulisan alfabetik pertama, Semitik Utara, di Palestina pada Milenium ke-2 S.M., yang diduga dikembangkan dari tulisan demotik Mesir. Temuan ini diikuti oleh 20 temuan atau peristiwa pada abad ke-9 Masehi  Huruf-huruf diatur mengikuti urutan bunyi dalam kata lisan untuk membentuk kata tertulis. Untuk kasus bahasa Inggris, ada 26 huruf yang mewakili berbagai bunyi moda lisan, meskipun tidak ada konsistensi bahwa satu bunyi diwakili oleh satu huruf atau perpaduan huruf tertentu. Seseorang harus mempelajari hanya 26 huruf tersebut untuk belajar menulis. Jumlah huruf yang berkurang mempermudah belajar menulis. Artinya, lebih banyak orang dapat membaca dan menulis. Maka muncullah publik pembaca.
 Tulisan alfabetik banyak digunakan pada zaman Raja Daud sekitar 1000 S.M.,kemudian dilengkapi dengan huruf vokal oleh bangsa Yunani.  Keaksaraan yang meningkat di Yunani dan tempat-tempat lainnya manimbulkan rasa ingin tahu tentang hakikat kata. Kata yang ditorehkan pada medium padat seperti papirus atau batu tampaknya memiliki eksistensi yang mudah dirasakan atau ditangkap. Para filosof bertanya: benda apa ini? (Plato menjawab: bentuk). Teknologi komunikasi ini mendukung terbentuknya masyarakat beradab setelah kebangkitan filosofis dan spiritual pada abad ke-6 dan ke-5
Dibandingkan teknologi sebelumnya, teknologi tulisan alfabetik ini menghemat energi otak untuk menghafal dan menghemat tempat dalam memori serta mendorong pemikiran abstrak yang semuanya pada gilirannya mendorong kreativitas pikiran. Manfaat terbesar dari teknologi ini adalah kemampuannya untuk mendorong perubahan budaya lisan menjadi budaya tulis, yang berarti peningkatan tingkat keaksaraan umum di masyarakat. Keaksaraan umum ini pada gilirannya mendorong tumbuhnya kemelitan (keingitahuan). Maka lahirlah publik yang melek aksara dan haus pengetahuan. Akses terhadap informasi yang terkandung dalam bahasa tulis berarti hilangnya keistimewaan yang pernah dinikmati oleh kelompok pencatat pada masa teknologi sebelumnya, yang menyiratkan permulaan proses demokrasi. Selain itu, sistem alfabet mendorong pemikiran analitis karena untuk mengubah bahasa lisan menjadi bahasa tulis, seseorang harus mengenali bunyi yang berurutan, mengasosiasikannya dengan huruf, dan menggabungkannya kembali menjadi kata. argument.”
maka masuk akal bahwa masa teknologi tulisan alfabetik ini melahirkan pemikirpemikir besar dan memungkinkan berkembangnya sains abstrak, logika formal, geometri aksiomatirk, filosofi rasional, dan seni representasional, yang menjadi unsur peradaban Eropa. (McGaghey, mengutip Robert Logan, penulis The Alphabet Impact.) Namun perlu dicatat bahwa akibat dari berkembangnya kemampun berpikir.
3. Teknologi Cetak (Cetak, Ketik, Fotokopi)
Teknologi cetak, yang mencakup cetak, ketik, dan fotokopi ini dimulai dengan penemuan kertas di Cina ketika dipasarkan mesin fotokopi berwarna. Teknologi ini meningkatkan efisiensi dalam memperbanyak naskah tertulis. Piringan yang mengandung deretan huruf “menulis” seluruh halaman teks dalam cetakan bertinta tunggal. Efisiensi yang meningkat menghasilkan peningkatan volume pustaka cetak. Dalam hal ini, budaya cermat berkembang karena tuntutan untuk memproduksi teks bebas kesalahan di mana harus dilakukan pengecekan ganda teks yang akan diproduksi, tidak hanya sekali, tetapi mungkin berulang kali. Di samping itu, dapat pula dibakukan ejaan dan jenis huruf. Kemampuan teknologi cetak untuk mereproduksi teks berulang kali dengan hasil yang persis sama dengan mudah dapat menjamin bahwa kata-kata pengarangnya benar-benar ditransfer ke pembaca. Pencetakan juga membantu penyebaran pengetahuan. Jurnal ilmiah dapat menyajikan argumen yang diungkapkan secara cermat kepada pembaca yang berminat. Kemampuan pewarta atau suratkabar untuk menarik pembaca masal dapat ditangkap oleh pengiklan. Saat inilah perdagangan menemukan jalan untuk memasarkan dagangannya melalui pustaka tertulis . Sastra dan seni humanis dan juga sains empiris. Teknologi cetak telah menciptakan ruang untuk jenis baru pengalaman publik, termasuk wacana publik.

4. Teknologi rekaman dan siaran elektronik
Teknologi ini mencakup fotografi, telegraf listrik, tilpon, fonograf dan perekam pita, gambar hidup dan perekam video, radio, TV. Tehnologi ini dimulai dengan deskripsi tentang obskura kamera dalam buku oleh Giovanni Battista della Porta, ketika stasiun televisi STAR mulai operasi di Asia. Teknologi komunikasi elektronik ini mencakup beberapa peralatan yang ditemukan pada abad ke-19 dan ke-20 M, yang memungkinkan perekaman kata dan citra yang memuaskan indera. Fotografi adalah temuan perdana teknologi jenis ini, yang kemudian diikuti oleh telegraf, telepon, fonograf, mesin gambar-bergerak, radio, dan televisi. Produk komersial yang diiklankan di radio atau televisi menjadi nama merek yangcepat laku. Maka jaringan televisi sebagai media berita dan hiburan menjadi institusi dominan yang dihasilkan oleh Peradaban IV. Kemudian jaringan ini disusuldengan jaringan internet.
5.  Teknologi Kalkulator dan Komunikasi Komputer teknologi komunikasi komputer ini dimulai dengan karya rintisan cara pengalian dan pembagian dengan menggunakan tambang atau tulang oleh John Napier pada tahun 1617 M. dan ketika Youtube diluncurkan dan setahun kemudian dijual kepada Google dengan harga US$1,65 milyar. Meski sangat muda, peradaban ini tampak telah berkembang dengan pesat, terutama dengan diciptakannya laman-laman internet yang mampu menyimpan berbagai macam informasi, baik cetak dan gambar bergerak serta suaranya sekaligus, dan dapat diakses secara instan dari manapun pengakses berada. Kemampuan internet yang demikian inilah makin membuat dunia ini benar-benar terasa seperti “kampung” maya, di mana para penduduknya sangat dekat. Tentu saja semua ini mempercepat penyebaran informasi tanpa batas, baik informasi faktual, konseptual, maupun prosedural, dalam kemasan artikel, jurnal, buku atau kemasan lain dengan diiringi gambar dan suara yang sesuai dengan segala kreativitas artistiknya.
B. Pemanfaatan TIK
Kemajuan TIK sangat membatu bagi peningkatan profesionalisme guru, namun ada juga beberapa hal yang perlu diwaspadai. Pertama, informasi yang tersaji di laman-laman internet bermacammacam komunikasi elektronik, budaya TIK telah menunjukkan kekuatannya. Internet memang sudah ada sejak 1969, tetapi dampaknya menjadi luar biasa setelah ditemukannya World Wide Web pada tahun 1989 oleh Tim Berners-Lee dan diimplementasikan tahun 1991 (http://en.wikipedia.org/wiki/Information_Age).
internet menjadi sumber informasi bagi semua orang yang menginginkannya. Dengan tekologi mutakhir ini, telah pula berkembang pembelajaran berbasis komputer dan berbasis TIK, yang membantu upaya memotivasi guru dalam memilih bahan ajar pada proses belajar mengajar juga membantu para  pelajar melalui kemasan informasi yang memikat, lengkap dengan gambar berwarna dan bergerak, baik gambar nyata maupun animasi. Model pembelajaran ini tentu selaras dengan lingkungan ber-TIK di luar sekolah sehingga memotivasi pelajar untuk belajar. Kita juga bisa menyaksikan bahwa di Indonesia Peradaban V ini diwarnai dengan penggunaan hand-phone yang sangat luar biasa luas, menjangkau semua kelompok umur. Komunikasi antar manusia sangat lancar tanpa kendala ruang dan waktu, benar-benar instan. Kapasitas memori mesin HP yang makin besar mampu memuat data yang besar pula, termasuk pertunjukan musik dan gambar hidup bersama suaranya. Pelajaran sebagian besar dilaksanakan dengan ICT, peserta didik akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan interaktif dan komunikasi tatap muka dan belajr memecahkan masalah dan bersosialisasi. Semua ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan kita, yang menjadi sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Singkatnya, teknologi dalam tidak dapat mengambil alih peran guru.
TIK untuk Memfasilitasi Pendidikan dalam Menjalankan Fungsi dan Mencapai Tujuannya Seperti telah disebut dalam pengantar, pendidikan tidak terjadi dalam ruang hampa, melainkan dalam dunia nyata. Oleh sebab itu Dalam memanfaatkan TIK untuk tujuan pendidikan diperlukan kesadaran akan ciriciri abad ke-21 ini, yang akan membantu dalam penentuan langkah kependidikan yang tepat, termasuk dalam merancang pemanfaatan TIK. Di sini peran guru sangat penting dimana guru melakukan pendekatan konstruktif yaitu peserta didik di tempatkan pada posisi yang memiliki kemampuan belajar, sehingga peran guru adalah sebagai pelatih, pemandu, dan pendorong di sat di perlukan oleh peserta didik.
C. Peningkatan profesionalisme guru
Dalam melaksanakan tugas sebagai guru harus memiliki beberapa kompetensi guru professional, yaitu:
1)      Memahami materi dan keterampilan di bidangnya
2)      Memahami perkembangan peserta didik dan proses belajar
3)      Memahami pembuatan rencana pembelajaran
4)      Dapat memilih dan menggunakan strategi pembelajaran
5)      Memahami kebutuhan lingkungan belajar dan pengelolaan kelas
6)      Memahami strategi komunikasi
7)      Memahami strategi penilaian atau evaluasi
8)      Memahami penggunaan strategi motivasi
9)      Memahami strategi pemecahan masalah atau pengaambilan keputusan
10)  Memahami hubungan rumah, sekolah, masyarakat
11)  Dapat menggunakan teknologi
12)  Memahami strategi multibudaya
13)  Memiliki keterampilan hubungan manusiawi
Guru professional meyakini bahwa hidup adalah belajar terus-menerus menuju kesempurnaan.  Belajar bukan hanya bentuk resmi di ruang kelas, tetapi memiliki makna yang luas. Dimanapun, kapanpun, bersama siapapun belajar tidak di batasi( Long live education)    Keprofesionalan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lingkungannya. Standar professional diperoleh melalui tahapan yang panjang.  Kegiatan pembentukan karakter perlu dilakukan di sekolah, rumah, dan masyarakat dengan menjaga keselarasannya untuk menjamin ekeftivitasnya. Pembiasaan kerja hati, otak, dan raga yang dilandasi nilainilai universal dalam kehidupan keseharian menjadi strategi utama dalam pembentukan karakter, disertai keteladanan dari semua komunitas pendidikan secara efektif situasi sulit, tidak enak/tidak nyaman, atau berbahaya Untuk mencapai keberhasilan membentuk karakter, diperlukan kerja keras dan komitmen yang konsisten.
Guru harus bisa mengembangkan seluruh potensi peserta didik baik potensi kinestetik, potensi emosional, potensi estetik, potensi intelektual, dan potensi spiritual keagamaan sehingga tumbuh kembang menjadi menusia Indonesia seutuhnya . Jika tujuan ini sepenuhnya tercapai, maka watak atau karakter idaman peserta didik akan terbentuk sehingga terwujud dalam kiprahnya seperti tersebut di atas dan dengan demikian maka akan terwujudlah kehidupan bangsa yang cerdas, sebagai salah satu tujuan pendirian negara RI tercinta ini.  Begitu pentingnya karakter sehingga perlu benar-benar dijaga agar pemanfaatan TIK tidak mengganggu pembentukan karakter peserta didik, melainkan justru mendukungnya. Mengapa? Karena tidak ada gunanya mendidik anak menjadi sangat pintar tetapi karakternya buruk dan/atau lemah sehingga justru dengan kepinterannya tersebut kelak mereka akan membuat kerusakan atau menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri, bagi masyarakat, maupun bagi bangsa. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK dalam pendidikan perlu dirancang, direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai dalam rangka mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya seperti diuraikan di atas.
D. Peran TIK dalam meningkatkan  profesionalisme guru
TIK dalam pendidikan hendaknya mempertimbangkan karaktersitik peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan pembuatan keputusan TIK. TIK hendaknya dirancang untuk memperkuat minat dan motivasi pengguna untuk menggunakannya semata guna meningkatkan dirinya, baik dari segi intelektual, spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi. TIK hendaknya menumbuhkan kesadaran dan keyakinan akan pentingnya kegiatan berinteraksi langsung dengan manusia (tatap muka), dengan lingkungan sosial-budaya (pertemua, museum, tempat-tempat bersejarah), dan lingkungan alam (penjelajahan) agar tetap mampu memelihara nilai-nilai sosial dan humaniora (seni dan budaya), dan kecintaan terhadap alam sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
TIK hendaknya menjaga bahwa kelompok sasaran tetap dapat mengapresiasi teknologi komunikasi yang sederhana dan kegiatan-kegiatan pembelajaran tanpa TIK karena tuntutan penguasaan kompetensi terkait dalam rangka mengembangkan seluruh potensi siswa secara seimbang. TIK hendaknya mendorong pengguna untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif sehingga tidak hanya puas menjadi konsumen informasi berbasis TIK. Jika guru dapat melaksanakan pemanfaatan TIK tersebut dapat diterapkan bersama prinsip-prinsip di atas, niscaya dampak positif akan dapat diperoleh secara optimal dan dampak negatifnya akan terkendali sampai titik minimal.
Guru sebagai sumber daya pendukung. Pemanfaatan TIK memerlukan dukungan tenaga manusia, perangkat lunak, dan perangkat keras (peralatan), serta biaya. Tenaga manusia mencakup guru dan teknisi TIK bersama kompetensinya, perangkat lunak merujuk pada program TIK yang telah dirancang sesuai tujuan yang akan dicapai dengan TIK terkait, perangkat keras merujuk pada peralatan TIK bersama dengan tempat yang kuat dan aman untuk meletakkan dan menyimpan TIK, sedangkan biaya mencakup biaya untuk pemeliharaan peralatan, peremajaan peralatan, dan pengembangan program serta pemberdayaan tenaga manusianya.
Menurut Jumali, dkk (2004: 39) dalam arti sederhana pendidik adalah semua orang yang dapat membantu perkembangan kepribadian seseorang dan mengarahkannya pada tujuan pendidikan. Tugas dari pendidik adalah membimbing, mengajar dan melatih peserta didik.
Guru yang profesional mampu mengembangkan semua sarana prasarana yang digunakan dalm pembelajaran. Selalu dapat meningkatkan dan menciptakan sebuah inovasi dalam pembelajaran agar tidak membosankan diantaranya dengan penggunaan TIK yang dikuasai sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Profesionalisme yang berarti suatu pekerjaan atau pencaharian  yang mempunyai keahlian.  Secara harfiah dapat diartikan dengan suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan tertentu, dimana keahlian dan ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan khusus. 

IV.  Kesimpulan
Guru memegang peran kunci dalam pembelajaran dan dengan demikian dalam pemanfaatan TIK untuk tujuan kependidikan. Agar dapat memetik manfaat optimal dati TIK untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, para guru perlu menguasasi sederet kompetensi memadai untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran berbantuan atau berbasis TIK. Dalam hal ini, dapat dipertimbangkan  kompetensi guru untuk era TIK  seperti disajikan di bawah:
1. Pemahaman tentang asumsi pedagogis yang melandasi penggunaan TIK, misalnya bias gender dan etnik, relevansi pendidikan, dampak sosial, kecocokannya dengan lingkungan kelas, dengan pembelajaran kooperatif dan dengan interaksi sejawat;
2. Pertimbangan tentang persoalan akses yang tepat ke informasi, dan verifikasi sumber informasi   termasuk Internet;
3. Pemahaman tentang TIK dan potensinya untuk meningkatkan belajar siswa;
4. Peningkatan kesadaran akan sederet aplikasi dan teknologi adaptif yang tersedia untuk mendukung   siswa berkebutuhan khusus;
5. Evaluasi terhadap materi belaajr berbasis TIK dan perangkat lunak untuk tujuan pendidikan;
6. Penggunaan efektif aplikasi TIK untuk mendukung hasil, isi, dan proses silabus tertentu,
7. Peningkatan keterampilan untuk merancang serangkaian tugas penilaian berbasis TIK yang menggunakan kriteria pensekoran yang jelas terkait dengan hasil silabus
8. Pemahaman tentang persyaratan bahwa mereka dan siswanya menggunakan informasi elektronik secara tepat, termasuk yang terkait dengan plagiarisme, hak cipta, pensensoran, dan privasi;
9. Kapasitas mantap untuk menggunakan perangkat lunak untuk menyusun teks,  menciptakan presentasi, mengadakan sekuen suara digital dan visual, menyiumpan dan meretriv informasi digital untuk pembelajran kelas dan online;
10. Kapasitas nyata untuk mengevaluasi secara kritis, meretris, memanipulasi, dan mengelola informasi dari sumber-sumber seperti Internet, CD-ROMS, DVDROMS, dan program komersial lainnya;
V.  Penutup
Peran guru dalam  menggunakan perangkat lunak yang tepat untuk membuat profil siswa dan pelaporan, persiapan pelajaran dan administrasi sekolah. Perangkat kompetensi guru tersebut di atas dapat menjadi salah satu acuan untuk merancang pelatihan guru dalam jabatan agar mereka mampu memanfaatkan TIK untuk pembelajaran yang diampunya. Penguasaan perangkat kompetensi guru di atas, akan membantu mereka dalam menjalankan delapan peran guru abad ke-21.  Dalam pemanfaatan Tehnologi Informasi dan Komunikasi  perlu diberi perhatian khusus, baik untuk guru, kepala sekolah, dan pengelola pendidikan lainnya. Mengenai kepemimpinan menuju perubahan, dan peningkatan guru sebagai sarana dalam memanfaatkan TIK untuk pembelajaran. Penggunaan perangkat lunak secara berhasil yang mendukung jejaring dan komunikasi sosial, termasuk email, forums, chat and list services;
Peran Tehnologi Informasi dan Komunikasi dalam meningkatkan  profesionalisme guru pada dunia pendidikan saat ini betul-betul sebagai tuntutan jaman dimulai dari Perkembangan teknologi komunikasi dari yang sangat sederhana sampai yang tercanggih (TIK-internet) dengan dampak makin besar dalam mengubah kehidupan manusia. Pertama, literasi teknologi telah memfasilitasi penambahan dan pendalaman pengetahuan, yang pada gilirannya memfasilitasi penciptaan pengetahuan, yang selanjutnya lagi dapat mendorong terciptanya  komunikasi baru. Kedua, teknologi memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan ragam kehidupan manusia bersama kenikmatan yang ditimbulkannya, tetapi pada waktu yang sama budaya yang serba mudah dan instan cenderung mengikis nilai-nilai luhur kehidupan. Ketiga, dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk memanfaatkan potensial TIK secara optimal sambil menyedikitkan dampak negatifnya. Untuk inilah, akhirnya, dunia pendidikan memerlukan guru-guru yang profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya dengan pemanfatan TIK.




















Daftar Pustaka:
Darmiyati Zuchdi dkk.(2009). Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai Target.
Yogyakarta: UNY Press.
Delors, J. (1997). Learning: the Treasure Within. Paris: UNESCO.
McGaughey, William. A moment of change in our civilization http://worldhistorysite.
com/criticalchange.html
Jumali, M, dkk. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: UMS Press
Ratna Megawangi (2010). Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;